Perahu Nuh adalah perahu pertama dalam sejarah, dan perjalanannya adalah perjalanan pertama yang melintasi laut dengan jarak tempuh yang panjang dengan berbagai rintangan penuh resiko yang dihadapi, diliputi kondisi-kondisi yang tidak diketahui serta berbagai kerumitan, dan perkara-perkara yang misterius. Akan tetapi, keamanan dari Allah dan janji-Nya bahwa Dia akan menyelamatkan orang-orang yang beriman merupakan penenteram dan penyejuk hati serta sebagai perlindungan dari kegundahan dan ketakutan. Ketetapan dan kehendak Allah pun telah terlaksana, perahu selamat dan berlabuh di tempat yang aman. Istri Nuh dan putranya menjadi contoh bagi pengingkaran, penentangan, dan upaya untuk meloloskan diri dari air yang menenggelamkan. Akhirnya dia tenggelam dengan kemudahan yang dikehendaki Allah, dan dia termasuk kalangan yang binasa.
Ini adalah perjalanan laut pertama dalam sejarah. Perahu Nuh a.s. berlayar di laut dan mengarungi luasnya lautan dan memecah deburan ombak besar di tengah laut disebabkan angin kencang yang menerpa. Dengan izin dan pengayoman Allah, perahu pun dapat membawa para penumpangnya. Perahu berlayar membawa mereka dengan cepat di atas permukaan air dengan deburan ombaknya yang tinggi, seperti gunung yang menjulang dan menjangkau sampai ke puncak gunung dan bukit-bukitnya yang tinggi, Nuh pun memanggil putranya, Kan'an yang berada di suatu arah yang terpisah darinya, namun putranya itu kafir terhadap risalah Nuh, kemudian Nuh memintanya untuk beriman dan naik perahu bersamanya agar dia tidak tenggelam dan tidak bersama orang-orang kafir yang binasa.
Putra yang ingkar dan durhaka ini menyanggah Nuh dengan berkata; aku akan mencari tempat berlindung dan aku akan naik ke gunung agat aku dapat terjaga dan tidak tenggelam di air. Dia mengira bahwa itu adalah banjir biasa yang dapat dihindari dengan berlindung di tempat yang tinggi atau gunung yang tinggi. Nuh a.s. menjawabnya; pada hari ini tidak ada sesuatu pun yang dapat melindungi dari air dan ketetapan Allah serta adzab-Nya yang diturunkan-Nya sebagai hukuman bagi orang-orang kafir, akan tetapi orang yang dirahmati Allah akan terjaga, dan siapa yang dirahmati-Nya maka dia terlindungi. Air yang semakin tinggi pun memisahkan antara bapak dan anak saat dialog tengah berlangsung, dan akhirnya anak pun termasuk dalam kaum yang ditenggelamkan dan binasa.
Kejadian yang sangat mencekam pun benar-benar terwujud dan air menutupi seluruh permukaan bumi. Ketika apa yang dikehendaki telah terwujud dan Allah telah menyelamatkan orang-orang yang berada di dalam perahu, Allah memerintahkan kepada bumi agar menarik kembali airnya yang tadinya menyembur darinya dan terhimpun di atasnya, dan memerintahkan langit agar menghentikan turunnya air hujan. Allah SWT berfirman; hai bumi, tariklah kembali airmu yang memancar darimu, dan hai langit, hentikan air hujan. Air pun surut sebagai wujud kepatuhan kepada perintah ilahi, dan perkaranya telah ditetapkan, maksudnya apa yang dijanjikan oleh Allah kepada Nuh telah terpenuhi, yaitu berupa kebinasaan kaumnya yang zalim, dan perahu berlabuh di gunung judi beserta para penumpangnya, tepatnya di wilayah selatan Iraq, di Mushil. Ada yang mengatakan; kebinasaan dan kerugian bagi kaum yang zalim, dan jauh dari rahmat Allah.
Nuh mengulang-ulang permohonannya kepada Tuhannya dengan mengucapkan; Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya Engkau telah menjanjikan kepadaku keselamatan bagi mereka, dan janji-Mu adalah benar yang tidak diingkari, lantas bagaimana kesudahannya? Padahal Engkau adalah hakim yang paling bijaksana dan paling adil dalam kebenaran.
Kemudian Tuhannya menjawabnya; hai Nuh, sesungguhnya anakmu bukan termasuk keterunanmu, tidak pula termasuk keluargamu yang Aku janjikan keselamatan bagi mereka. Sesungguhnya Aku menjanjikan kepadamu untuk menyelamatkan orang-orang yang beriman, sedangkan anakmu melakukan perbuatan yang tidak baik, maksudnya memungkiri dakwah petunjuk, kebenaran, dan kebaikan, serta bergabung dalam kalangan orang-orang kafir. Karena itu, janganlah kamu meminta kepada-Ku sesuatu yang tidak kamu ketahui dengan pengetahuan yang benar, dan kamu tidak mengetahui sejauh mana kebenarannya. Aku melarangmu agar kamu tidak termasuk dalam kalangan orang-orang bodoh yang meminta pengguguran kebijaksanaan dan hukum Allah, maka janganlah kamu termasuk orang yang berdosa. Ini merupakan dalil bahwa yang dijadikan acuan penilaian adalah kekerabatan agama bukan kekerabatan nasab, dan bahwasanya hukum Allah di antara makhluk-Nya berlaku secara sama dan adil secara mutlak tanpa pilih kasih terhadap seorang pun, dan bahwasanya orang yang menentang layak mendapatkan kecaman, serta bahwa kebodohan merupakan kiasan dari dosa.
Nuh berkata; ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dan memohon pengayoman kepada-Mu dan keagungan-Mu, agar aku tidak meminta kepada-Mu apa yang tidak aku ketahui dengan pengetahuan yang benar, dan jika Engkau tidak mengampuniku terkait dosa permintaanku ini, serta tidak menyayangiku dengan menerima tobat dan insyafku, niscaya aku menjadi termasuk orang yang amalnya mengalami kerugian. Inilah tuntunan orang-orang saleh dalam berdoa dengan merendahkan diri dan tunduk kepada Tuhan seluruh alam, meskipun hamba yang memohon itu seorang nabi atau rasul.
Sumber : Buku Tafsir Al-Wasith
Admin : Pers Media IPM Sinjai
Komentar