Langsung ke konten utama

Sumbangsi Islam Pada Indonesia

Penulis : Kakanda Muh. Ramli

Sumbangsi Islam Pada Indonesia
       Indonesia merupakan negara muslim terbesar dunia. Berdasarkan data Globalreligiusfuture, penduduk Indonesia yang beragama Islam pada 2010 mencapai 209,12 juta jiwa atau sekitar 87% dari total populasi. Kemudian pada 2020, penduduk muslim Indonesia diperkirakan akan mencapai 229,62 juta jiwa. Bukan hanya itu saja, tetapi warna keberagaman dengan banyaknya suku, ras, dan agama menjadi ciri dari negara ini. Ada lebih dari tujuh puluh bahasa dari masing-masing suku dan terdiri dari banyak pulau yang di huni oleh beragaman agama yang berdampingan.

       Masuknya Islam di bumi Nusantara yang belakangan kita kenal dengan Indonesia memiliki banyak versi dan kisah. Ada yang mengatakan bahwa Islam pertama kali dikenalkan dan disyiarkan melalui jalur perdagangan dan perekonomian. Ada pula yang mengatakan bahwa Islam disyiarkan di bumi Nusantara telah dimulai sejak masa sahabat Rasulullah. Seperti yang dikemukan oleh DR. Haikal Hassan bahwa Ali bin Abi Thalib pernah datang dan berdakwah ke Garut, Cirebon di Jawa Barat (Tanah Sunda) pada 625M. Kemudian, setahun kemudian, disusul Jafar bin Abi Thalib memilih berdakwah ke Jepara, yang menjadi pusat Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah pada 626 M. Lalu, dari jazirah Arab kembali diutus seorang sahabat bernama Ubay bin Ka’ab untuk berdakwah ke Sumatera Barat, hingga kembali ke Madinah pada 626 M.

       Namun satu hal yang paling penting dan kita sadari bersama bahwa Peradaban yang dicapai Islam mencapai lebih  dari separuh dunia ini. Maka tidak heran jika Rasulullah diutus menjadi rahmat bagi seluruh alam dan menjadi pilihan Allah untuk menyempurnakan akhlak dari seluruh hamba-Nya. Peradaban Islam telah memberikan sejarah paling gemilang bagi umat manusia hingga saat ini. Jejak-jejak perabadannya meski telah berlalu 1500 abad yang lalu namun tetap bisa kita temukan dan rasakan. Bisa kita lihat dan menjadi refrensi pembelajaran.

       Tidak terlepas dengan Indonesia pun. Indonesia menerima Islam dengan ajarannya yang sempurna dan tidak ada pertentangan. Tidak ada cacat dan bertentang dengan akal. Tidak ada celah untuk mengingkarinya dan menolaknya. Dan dengan adanya Islam di bumi Nusantara menjadikannya sebagai negara yang telah menerapkan nilai toleransi dengan penganut agama yang lainnya. Meski Indonesia menjadi negara mayoritas Islam tetapi tidak membatasi pengamalan ibadah dan ajaran agama selain Islam. Berbeda dengan apa yang kita saksikan di belahan bumi yang lain saat Islam menjadi minirotis mereka terintimidasi dan dikekang haknya untuk menjalankan ajaran dan ibadahnya. Atau stigma masyarakat yang terlanjur phobia terhadap Islam.

       Tidak bisa dipungkiri bahwa sejarah masuknya Islam di bumi Nusantara; Indonesia telah memberikan peradaban besar pada perkembangan dan kemajuan. Bisa kita lihat bagaimana masyarakat Indonesia sebelum masuknya Islam yang mana mereka memiliki paham beragam tentang nilai mistis atau kekuatan pada benda-benda yang menduakan Allah. Yang menjadikan tandingan-tandingan dengan Allah Pemilik Kerajaan Langit dan Bumi. Namun, dengan adanya Islam menciptakan peradaban berpikir kepada masyarakat Indonesia bahwa semua itu salah dan harus bertransformasi menuju ke arah yang lebih baik. Bertransformasi dalam berpikir yang lebih masuk akal dan sesuai dengan fitrahnya.

       Islam selalu menjadi solusi bagi keadaan dan kondisi. Di setiap teman akan diterima dengan penuh kesadaran karena memang selalu beriringan dengan apa yang dibutuhkan oleh zaman. Lihatlah, 74 tahun silam saat para pejuang membutuhkan pelecut semangat dalam kemerdekaan. Islam hadir di tengah-tengah mereka, bukan memberikan pandangan dan pemikiran bahwa Indonesia sedang dijajah selama 350 tahun, tetapi Indonesia berjuang dan berjihad selama itu. Maka pekikan yang datang dari Islam saat gema pengagungan pada asma Allah keluar dari pemimpin mereka. Allahu Akbar. Islam memberikan mereka semangat dan keyakinan bahwa mereka akan merebut hak kemerdekaan mereka.

       Lalu apa yang terjadi? Bisa kita lihat paragraf pertama dalam teks Undang-Undang Dasar negeara kita. Atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Islam menyadarkan kepada Indonesia bahwa segalanya berasal dan putusan dari-Nya. Bukan karena para pejuang Indonesia mampu dan bisa. Bukan Karena para pejuang kuat dan hebat. Melainkan karena rahmat Allah sehingga mereka dimampukan dan dibisakan untuk menemui hari kemerdekaan. Karena rahmat Allah-lah mereka dikuatkan dan dihebatkan oleh Allah untuk menjadi perebut hak kemerdekaan.

       Nilai kemerdekaan yang kita nikmati hari ini adalah sumbangsi besar Islam pada Indonesia. Jasa Islam dengan segala aturan dan keindahan nilai-nilainya. Dan bukan hanya itu saja, sumbangsi Islam pada Indonesia pun bisa kita lihat pada keragamannya. Bhike Tunggal Ika. Berbeda-beda tetapi satu. Nilai dari itu berasal dari keindahan Islam yang telah dipahamkan dan dijelaskan. Maka jangan heran saat kita membandingkan Indonesia dengan negara lain jika kita berbicara tentang toleransi maka kita akan melihat Indonesia layak untuk menjadi role model.

       Lihatlah fakta, meski Indonesia menjadi negara dengan mayoritas muslim (Islam) tetapi tidak menjadi negara yang mengintimidasi, mengekang, membatasi dan bertindak berutang kepada para penganut kepada agama lain. Tidak pernah membakar dan merobohkan tempat ibadah agama lain, tidak bertindak berutal dan semena-mena dengan penganut agama lain. Tetapi Islam menciptakan siklus sebenar-benarnya toleransi bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk menjalankan ajaran dan ibadahnya sesuai dengan agamanya. Mereka memiliki hak untu aman dan tidak ada gangguan. Dan itu terjadi di negara kita; Indonesia.

       Nilai toleransi ini berasal dari Islam. Silahkan lihat sejarah silam tentang Islam pada penganut agama lainnya. Ketika pembebasan Yerussalem pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab yang dipimpin oleh Sahabat Khalid bin Walid.

       Pembebasan Yerusalem pada masa pemerintahan Umar bin Khattab di tahun 637 M benar-benar peristiwa yang sangat penting dalam sejarah kerukunan dan perdamaian. Selama 462 tahun ke depan wilayah ini terus menjadi daerah kekuasaan Islam dengan jaminan keamanan memeluk agama dan perlindungan terhadap kelompok minoritas berdasarkan pakta yang dibuat Umar ketika membebaskan kota tersebut. Bahkan pada tahun 2012, ketika konflik Palestina kian memuncak, banyak umat Islam, Yahudi, dan Kristen menuntut diberlakukannya kembali fakta tersebut dan membuat poin-poin perdamaian yang merujuk pada fakta itu sebagai solusi konflik antara umat bergama di sana. 

       Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab hubungan antara kaum Muslimin dengan kaum Nasrani berlangsung harmonis. Hubungan itu tertuang dalam perjanjian Aelia, yaitu perjanjian antara orang-orang Muslim dengan Kristen pasca-perang Yarmuk yang dimenangkan oleh tentara Umar. Ketika itu, Shapharnius selaku pemimpin Kristen kelahiran Damaskus, menyepakati untuk menyerahkan kunci-kunci kota Al-Quds kepada Umar bin Khattab, dengan syarat Umar harus memberikan jaminan untuk menghormati ritual dan tradisi umat Nasrani. Umar pun menyepakati persyaratan itu, sehingga ketika memasuki kota Al-Quds tak ada setetes darah pun yang tercecer. Dan setelah pembebasan pun, tak ada satu pun perlakuan buruk Khalifah Umar kepada kaum Nasrani. 

       Sungguh Islam agama yang sempurna dan dibutuhkan oleh masyarakat. Maka sumbangsi Islam pada Indonesia tentang nilai toleransi ini pun masih terapkan hingga saat ini. Meski Islam di belahan bumi yang lain mendapatkan perlakuan yang berbeda. Lihatlah masa silam ketika Ratu Elizabeth dan Pangeran Ferdinand menaklukan kekuasaan Islam di Andalusia – Spanyol, umat Islam dibantai dan dipaksa untuk meninggalkan agama mereka. Tidak ada keamanan dalam menjalankan ajaran dan ibadah mereka seperti yang dilakukan oleh Islam. Pun pada saat masa kekalahan Konstantinopel – Turki. Umat Islam dilarang menggunakan identitas mereka dan larang menggunakan dan mengumandangkan adzan. Tidak ada rasa aman dan nilai toleransi yang mereka lakukan.

       Itu pada masa silam. Sekarang? Pun beberapa negera yang di dalamnya Islam termasuk minoritas mereka terbatasi untuk leluasa menjalankan ajaran ibadah dan agamanya. Tapi lihatlah Indonesia yang mengajarkan tetang toleransi kepada dunia bahwa sungguh Islam telah memberi pengaruh besar pada peradaban yang diraihnya. Bahwa Islam menjadi faktor kemajuan Indonesia dan prestasi pencapaiannya hari ini. Beberapa poin di atas bukan terbatas pada hal itu saja tentang sumbangsi Islam pada Indonesia, tetapi masih lebih banyak lagi. Termasuk tentang nilai persatuan dan ikatan nilai kemanusian yang tinggi tanpa melihat suku, ras dan agama.

Referensi:
1.https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/25/
2.https://islam.nu.or.id/post/read/114544/kisah-khalifah-umar-lindungi-kaum-nasrani-saat-pembebasan-yerusalem

Editor : Muhammad Fitrah
(Bidang PIP PD IPM Sinjai)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kajian Secara Online, Bidang Ipmawati Sinjai Sukses Gelar Forum Diskusi

SINJAI, IPM -- Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Sinjai Menggelar Kajian IPMawati yang berlangsung secara Virtual melalui Apk WhatsApp sejak pukul 19.30 WITA hari Kamis 04 Januari 2020. Kajian tersebut dipelopori langsung oleh Bidang Ipmawati dengan mengangkat tema "Peran Perempuan Dalam Menghadapi Akhir Zaman" yang dipandu oleh IPMawati Nurbaiti Anggota Bidang PKK PD IPM Sinjai.  Lebih lanjut, Kajian tersebut diisi langsung oleh pemateri tidak lain ialah Kakanda Nurlia yang merupakan Demisioner Sekretaris Umum PD IPM Sinjai Periode 2017-2019, Jumat (05/02/2021). Baca Juga Berikan Wadah Pembelajaran, PC IPM Sinjai Selatan Gelar Kajian Ipmawati Pendidikan Dimasa Pandemi, Belajar Daring Solusi atau Distorsi Ketua Umum PD IPM Sinjai Periode 2018-2020, Abdul Azis menuturkan sangat mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan oleh Bidang Ipmawati yang inisiatifnya dari Anggota Bidang. "Saya berharap bukan hanya Bidang Ipmawati yang kembali mengoptim

Cabang ke VII, IPM Bulupoddo Resmi Terbentuk

SINJAI, IPM - Pelatihan Kader Dasar Taruna Melati (PKDTM) I merupakan proses kaderisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang dilakukan secara turun menurun oleh Pimpinan. Hal tersebut dilakukan oleh Pimpinan Daerah (PD) IPM Kabupaten Sinjai yang telah laksanakan PKDTM 1 di Kecamatan Bulupoddo sejak tanggal 07-11 Mei 2021. Lebih lanjut, PKDTM 1 tersebut merupakan proses pembentukan Pimpinan Cabang (PC) IPM yang sekaligus angkatan pertama di Kecamatan Bulupoddo yang berpusat di Desa Tompobulu, Selasa (11/02/2021). Baca Juga Angkatan Pertama, PD IPM Sinjai Gelar PKDTM 1 Cabang Bulupoddo Secara Virtual, PKDTM 1 Sukses Digelar Tingkat Kabupaten Master Of Training PKDTM 1, Ariskin menuturkan bahwa selepas dari ini, Tim Fasilitator tidak akan melepas Kader-kader IPM Bulupoddo begitu saja yang ikuti pelatihan. Ketua Umum PD IPM Sinjai, Abdul Azis menyampaikan mewakili Pimpinan, saya ucapkan terima kasih ke pihak Sekolah MA Muhammadiyah Songing kelas Tompobulu dalam memfasilitasi

Lebarkan Sayap, Pimpinan Daerah Silaturahim PCM Sinjai Timur

SINJAI, IPM - Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhamnadiyah (PD IPM) Sinjai silaturahim dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sinjai Timur saat ditemui di Kediaman di Dusun Rombo, Desa Saukang, Sabtu (29/05/2021). Silaturahim tersebut guna menindaklanjuti kembali PKDTM 1 IPM Sinjai Timur yang ditunda 1 tahun lalu karena Pandemi Covid-19 melanda Kecamatan Sinjai Timur. PC Muhammadiyah Sinjai Timur, Arifuddin menyampaikan sudah lama saya tunggu IPM di Sinjai Timur. 1 tahun yang lalu sudah hampir terlaksana PKDTM 1 tapi Pandemi Covid-19, PKDTM 1 untuk sementara waktu ditunda. Baca Juga Bincang Bareng Alumni, IPM Sinjai Timur Siap Dibentuk Kembali Silaturahim Dengan PCM, IPM Pulau Sembilan Akan Segera Hadir Ditempat yang sama, Ketua Bidang (Kabid) Organisasi PD IPM Sinjai, A.Yhustika Nur Elvandari menuturkan kedatangan kami pun disambut hangat oleh ayahanda dengan melebarkan kembali sayap-sayap pergerakan dakwah IPM Sinjai di Kec Sinjai Timur. "Alhamdulillah ayahanda